Senin, 13 Januari 2014

OBSESSIF-KOMPULSIF

OBSESSIF – KOMPULSIF

Oleh: Iredho Fani Reza

Sebelum memahami dari symptom obsesif – kompulsif, kita ketahui terlebih dahulu dari mana asal dan merupakan bagian darimana obsesif kompulsif tersebut.

A.    Psikoneurosa

Psikoneurosa adalah penyakit mental lunak yang ditandai oleh, wawasan yang keliru mengenai sifat kesulitanya, konflik – konflik batin, reaksi – reaksi kecemasan, kerusakan parsial pada struktur kepribadian,  sering ditandai dengan fobia – fobia, gangguan pencernaan dan tingkah laku obsesif – kompulsif (J.P. Chaplin, 1981, Kartini Kartono).

Dari pengertian psikoneurosa diatas dapat diambil kesimpulan dari pengertian psikoneurosa adalah gangguan fungsional pada system syaraf, mencangkup pula disintegrasi sebagian dari kepribadian, khususnya terdapat berkurang atau tidaknya adanya kontak antara pribadi sekitar, walaupun seseorang tersebut masih memiliki wawasan.

B.     Psychastenia

Psychastenia merupakan tipe psikoneurosa yang ditandai oleh reaksi – reaksi kecemasan dibarengi kompulsif, obessif dan ketegangan – ketegangan fobik (akibat fobia).

Simptom – simptom  :
Ψ      Phobia yaitu, ketakutan – ketakutan yang abnormal dan tidak rill
Ψ      Obsessif yaitu, tingkah laku yang merasa dikejar – kejar, tidak tenang, penuh ketegangan, seperti mu gila.
Ψ      Kompulsif yaitu, tingkah laku paksaan untuk berbiat sesuatu yang tidak bias ditahan.
*(simptomp phobia tidak akan dijelaskan)

C.    Simtomp Obsessif

Obsessif adalah emosi yang terus menerus melekat pada seseorang yang mengalaminya secara sadar selalu berusaha untuk menghilangkanya.

Simptomp obsessif ini terdapat pada penderita psychatenia, biasanya emosi tersebut tidak menyenangkan dan tidak irasional, tapi tidak bias dibendung.

Perspektif menurut psikologi sebab dari munculnya simptomp obsessif ini :

Penekanan pengalaman – pengalaman seksual di masa lampau. Ada godaan pengamalan seksual , yang diikuti oleh agresi seksual. (Freud, dalam Kartini Kartono).

Timbulnya konflik diantara kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh nafsu keinginan, melawan ketakutan yang hebat untuk melakukanya. Sehingga sesuatu yang diinginkan harus segera terealisasi.

Treatment :
Dengan jalan menemukan mula sebab pengalaman – pengalaman pahit yang ditekan. Agar supaya diberi jalan adjustment untuk menjabarkan dan menghilangkan konflik – konflik batin tersebut.

D.    Simptomp Kompulsif

Kompulsif adalah impuls yang tidak tertahankan dan tidak bias dicegah untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Simptomp kompulsif ini terdapat pada penderita psychatenia, biasanya keinginan tersebut tidak bias dikontrol dan tidak bisa dikendalikan, serta bertentangan dengan kemauan yang sadar sewaktu melakukanya.

Perspektif menurut psikologi sebab dari munculnya simptomp kompulsif  ini :

Pengalaman – pengalaman lama dengan terjadinya trauma mental dan emosional, terdapat pula konflik – konflik keinginan akan sesuatu yang terjadi akibat keinginan yang ditekan. Biasanya juga disertai dengan tics {gerakan pada otot di badan (menganggukan kepala tanpa disadari)}.

      E.     Obsessif – Kompulsif

Obsessif – Kompulsif adalah kekacauan psikoneurotis dengan kecemasan – kecemasan, yang berkaitan dengan pikiran – pikiran yang tidak terkontrol, dan berhubungan dengan impuls – impuls repetitive untuk melakukan sesuatu.

       Bentuk – bentuk tingkah laku Obsessif – Kompulsif :
      
Ψ      Kleptomania : tendensi yang tidak bisa dicegah untuk mencuri.
Ψ      Pyromania : tendensi yang tidak bisa dicegah untuk membakar.
Ψ      Dipsomania : tendensi yang tidak bisa dicegah untuk meminum minuman keras.
Ψ      Ritualistic : tendensi tidak bisa  dicegah untuk melakukan sesuatu perbuatan suatu ide. (terus menerus menghitung, kerapian yang berlebih – lebihan, sex yang berlebihan).

Refrensi :
Ψ      Kartini, Kartono. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Mandar Maju. Bandung. 2009

INDAHNYA PERSAUDARAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF AGAMA DAN PSIKOLOGI



INDAHNYA PERSAUDARAAN
DITINJAU DARI PERSPEKTIF AGAMA DAN PSIKOLOGI

Iredho Fani Reza, S.Psi.I
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konsentrasi Psikologi Islam
iredhofanireza@rocketmail.com

LUNTURNYA NILAI PERSAUDARAAN
Manusia merupakan makhluk yang unik, setiap manusia memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu. Menurut al-Farabi (Mujib, 2007) seorang psikolog Muslim, kepribadian merupakan eksistensi individu yang menunjukan keadaan, kepribadian dan keunikanya yang dapat membedakan individu tersebut dengan individu yang lain. Karakteristik berbeda itu sering ditampakkan ke dalam situasi sosial, dimana manusia bukan hanya makhluk individu akan tetapi juga merupakan makhluk sosial. Dalam Artian, setiap manusia, mau tidak mau, harus berhubungan dengan orang lain agar ia dapat hidup, berkembang, bertumbuh dan mencapai tujuan hidupnya (Sitorus, 1997).
Manusia di tuntut dapat beradaptasi dengan orang lain, dimana individu lain memiliki kepribadian yang berbeda-beda, akan tetapi ada beberapa bagian yang sama seperti hobbi atau kesukaan. Persamaan yang ada, maka akan timbul pertemanan dan akan berkembang menjadi persahabatan. Sebagai umat Islam sudah sepantasnya setiap individu itu merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Mengenai persaudaraan dan manusia merupakan makhluk sosial serta merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Hal ini diterangkan Nabi Muhammad SAW bersabda Dari Nu’man bin Basyir r.a. berkata: “Kamu perhatikan orang-orang Muslim dalam keadaan saling mengasihi, saling mencintai dan saling membantu, mereka itu bagaikan satu badan, apabila salah satu anggota badan terkena suatu penyakit, maka seluruh badanya merasakan sakit sakit dengan tidak bisa tidur dan terasa panas” (Labib dan Muhtadim, 1993).
Dari hadis Nabi Muhammad SAW, dapat diambil makna bahwa setiap individu terutama umat Muslim merupakan satu kesatuan yang utuh saling memiliki satu sama lainya. Sesama umat Muslim sudah sepantasnya untuk saling menyayangi satu sama lain, bila ada Muslim yang merasakan kesusahan, maka Muslim yang lain akan ikut merasakan kesusahan itu dan akan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi Muslim yang mendapatkan kesusahan tersebut. Akan tetapi, pada akhir-akhir ini banyak fenomena yang terjadi mengenai mulai retaknya kualitas persaudaran sesama umat Muslim. Dalam rentang tahun 2013, banyak terjadi penurunan rasa persaudaraan terhadap sesama umat manusia. Hal ini, berdasarkan pemberitaan di media massa yang mengabarkan permusuhan terhadap sesama manusia di beberapa daerah Indonesia.
Permusuhan yang terjadi, diantaranya dilatar belakangi oleh culture yang berbeda, perselisihan, dan ketidak harmonisan. Bahkan, masa emas sebagai manusia juga terjadi permusuhan. Fenomena remaja melakukan permusuhan seperti tawuran, perkelahian sudah menjadi rahasia umum. Bila mencermati pemberitaan di media  massa, menunjukkan keprihatinan terhadap nilai persaudaraan yang telah hilang. Dalam hal ini, perlu adanya sebuah pembaharuan, terutama bagi para pemuda yang merupakan masa produktif sebagai penerus bangsa.

AGAMA LAMBANG PERSAUDARAAN
Sejak lahir, seorang anak hidup di tengah-tengah keluarganya, diberikan ikatan rasa cinta, kasih saying, tolong menolong, kesetiaan, dan keikhlasan dengan seluruh  anggota keluarga, sehingga ia merasa aman, tentram, dan bahagia berada di tengah-tengah mereka (Najati, 2008). Kesemua itu muncul dari hati, karena rasa memiliki satu sama lainya, dalam firman Allah SWT QS. an-Nisa ayat 36 mengenai keharusan berbuat baik sesama umat Muslim “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.
Dari firman Allah QS. an-Nisa ayat 36, Hamid (2008) berpendapat, berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak, termasuk salah satu amal yang disukai oleh Allah Swt dan merupakan perintah-Nya, maka Allah menjanjikan pahala bagi yang melaksanakanya. Sesama Muslim merupakan saudara, dan sebaiknya untuk selalu saling memilki satu sama lainya. Di dalam ajaran agama terdapat norma dan nilai yang mengatur hubungan setiap aspek kehidupan manusia. Hal ini didukung oleh Hawari (Yusuf dan Nurihsan, 2009) di dalam ajaran agama terkandung nilai–nilai moral, etika dan pedoman hidup yang sehat dan abadi sifatnya. Dengan adanya nilai dan norma di dalam lingkungan sosial, maka akan menjadikan persamaan yang harus ditaati. Persaudaraan atau Ukhuwah ini, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal ini memberikan kesan persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara (Shihab, 2004).
Tidak ada satu pun yang tidak penting dari persaudaraan dan persahabatan, semuanya bermanfaat dan ada gunanya. Demikianlah, setiap orang didunia mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lain. Orang-orang yang telah mempunyai hasil dalam hidup mereka, tidak ada kecualinya tentu mengetahui rahasia singkat ini, “Janganlah membenci orang, janganlah menyusahkan orang dan janganlah merendahkan orang” karena tidak ada orang yang sama sekali tidak berguna untuk sesuatu hal. Segala sesuatu mempunyai tempat dan kepentingan sendiri dalam kehidupan. Ingatlah bahwa pada saat anda merendahkan seseorang atau sesuatu yang lain, maka akan terlepaslah kesempatan untuk kemajuan itu dari tangan anda. barang sispa yang ingin rezekinya dilapangkan dan usianya dipanjangkan maka peliharalah hubungan silaturahmi”( HR. Bukhari dan muslim).
Janganlah terperangkap oleh kebiasaan-kebiasaan buruk, yakni meunjuk kesalahan-kesalahan orang lain apabila anda tidak mengetahui kekurangan-kekurangan diri anda sendiri. Dengan menceritakan kesalahan orang lain maka tanpa anda sadari, anda sedang menceritakan kekurangan anda sendiri, yakni suka membocorkan rahasia orang. Berbicaralah tentang kebaikan orang lain, tidak ada waktu untuk membicarakan keburukannya, karena merupakan pemborosan waktu. Hilangkanlah kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak ada gunanya dan berusahalah untuk disenangi orang lain, dengan selalu berusaha menyenangkan orang lain terlebih dahulu.
Islam selalu mengajarkan kepada manusia bahwa belumlah sempurna iman seseorang jika hanya mementingkan hubungannya dengan Allah, tanpa memperat tali persaudaraan dengan sesama manusia Allah berfirman dalam QS. ali-Imran ayat 112, “mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu  karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas”. Dalam ayat ali-Imran ayat 112, ada pengetian bahwa pokok aturan-aturan yang terpenting bagi seseorang muslim adalah bagaimana dapat mewujudkan hubungan dengan Allah dan menjalin hubungan dengan sesama manusia.
Allah tidak pernah menyukai terjadinya dendam kesumat karena dendam adalah musuh iman, kalau masih ada dendam berarti kita tidak beriman, sebab iman dan dendam tidak mungkin bersatu dalam diri manusia. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, bersabda mengenai seseorang yang bermusuhan adalah orang yang paling dibenci Allah (Labib dan Muhtadim, 1993), dengan kata lain Allah mengharuskan setiap umat manusia untuk saling memperhatikan satu sama lainya baik dalam keadaan sedih, senang, susah, dan bahagia.

UKHUWAH ISLAMIAH
Di dalam al-Qur’an, mengenai ukhuwah ini, banyak dijelaskan dan klasifikasinya diuraikan, sebagaimana berikut:
Pertama saudara kandung atau saudara seketurunan, berdasarkan dalam QS. An Nisa ayat 23“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Di dalam QS. An Nisa ayat 23, maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya (Efendi, 2011).
Kedua saudara yang dijalin oleh ikatan keluarga, hal ini berdasarkan QS. Thaha ayat 29-30 “Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku. (yaitu) Harun, saudaraku”.
Ketiga saudara dalam arti sebangsa, walaupun tidak seagama, terdapat dalam QS. Al A’raf ayat 65 “Dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?".
Keempat saudara semasyarakat, walaupin berselisih paham, terdapat dalam QS. Shad ayat 23 “Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka Dia berkata: "Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan Dia mengalahkan aku dalam perdebatan".
Kelima persaudaraan seagama terdapat dalam QS. Al Hujurat ayat 10 “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Selain itu Shihab (2004) membagi empat macam bentuk ukhuwah Islamiah berdasarkan dalil-dalil di dalam al-Quran, sebagai berikut :
1.      Ukhuwah ‘ubuddiyah persaudaraan kesemakhlukkan dan kesetundukkan kepada Allah, maksudnya sesama manusia terutama sesama umat Muslim.
2.      Ukhuwah insaniyyah persaudaran seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari ayah dan ibu.
3.      Ukhuwah wathaniyyah wa an-nasab persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaaan.
4.      Ukhuwah fi din Al-Islam persaudaraan antar sesama umat Muslim.

Faktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas ataupun sempit adalah persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan rasa dan cita merupakan faktor dominan yang mendahului lahirnya persaudaraan yang hakiki, dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan derita saudaranya, mengulurkan tangan sebelum diminta, serta memperlakukan saudaranya bukan atas dasar “take and give” akan tetapi akan rasa memiliki satu sama lainya (Shihab, 2004). Dalam firman Allah SWT QS. Hasyr ayat 9  “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”
Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tentram dan nyaman pada saat berada di antara sesamanya, dan dorongan kebutuhan ekonomi merupakan faktor-faktor penunjang yang akan melahirkan rasa persaudaraan. Islam mengajarkan dan menekankan hal-hal tersebut, dan menganjurkan mencari titik singgung dan titik temu persaudaraan.

PERSPEKTIF PSIKOLOGI
Dalam perspektif psikologi, faktor-faktor yang mendasari penunjang persaudaraan (Ahmadi, 2007) adalah sebagai berikut:
Pertama imitasi maksudnya, seorang individu dapat melakukan sesuatu, baik berupa keahlian, kecerdasan, perasaan, kesemua itu dapat dilakukan karena ada contoh yang dilihat sebagai bahan pembelajaran. Gabriel Trade berpendapat, seorang individu yang dapat berbahasa dengan baik dan benar merupakan proses meniru seseorang yang sudah bisa berbahasa. Kedua sugesti maksudnya, pengaruh yang datang dari psikis individu merupakan stimulus dari diri sendiri maupun dari orang lain. Contohnya, seseorang yang beranggapan dengan mengenal seorang individu yang cerdas, maka dirinya berharap akan menjadi cerdas juga sehingga kebutuhan untuk mengenal lebih dekat individu tersebut cenderung besar. Ketiga identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Seorang individu, yang telah memiliki persamaan dengan individu lain maka akan merasakan kenyamanan ketika berada di dekatnya, sehingga rasa memilki dan menyayangi akan timbul dengan sendirinya.
Manusia diciptakan dengan memilki motif di dalam diri, dalam bahasan makalah ini motif sekunder (rohani) yang menjadi bahasan khusus dalam sub bab ini. Manusia memilki motif sosial, maksudnya kebutuhan akan orang lain di dalam kehidupan nya. Motif merupakan energy dasar yang mendorong tingkah laku individu (Yusuf dan Nurihsan, 2009). Menurut Daradjat (Ramayulis, 2009), kebutuhan sosial ini meliputi, dorongan emosional (kasih sayang, rasa aman), dorongan untuk berprestasi, dorongan untuk dihargai, dorongan rasa ingin tahu, dan dorongan untuk sukses.
Persaudaraan terhadap sesama umat Muslim merupakan bentuk moralitas diri yang tinggi. Purwakania membagi tiga perilaku dasar moral (Purwakania, 2008) di dalamnya terdapat hakikat untuk berbuat baik terhadap sesama makhluk hidup, seperti yang di ungkapkan dalam bahasan sebelumnya di dalam al-Qur’an jauh sebelum pendapat ini ada. Perilaku dasar moral sebagaimana berikut:
Pertama alturisme merupakan perilaku untuk tidak mementingkan diri sendiri dan memerhatikan kesejateraan orang lain yang diekspresikan dengan perilaku prososial seperti saling berbagi, saling bekerja sama, dan saling membantu. Kedua kontrol perilaku agresivitas adalah menahan diri untuk menyakiti seseorang, dengan kata-kata, perbuatan, yang disengaja maupun tidak disengaja. Ketiga menerapkan prinsip keadilan sosial Islam mengajarkan bahwa manusia harus berusaha untuk berbuat adil dalam segala bidang, meskipun sulit. “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” (QS. an-Nisa ayat 105).

TANTANGAN MASA DEPAN
Sesama umat manusia, sebaiknya harus saling memperhatikan, saling menyayangi. Pada hakekatnya baik sesama manusia, seagama, seiman, kenal maupun tak kenal, dan kepada hewan, tumbuhan, serta makhluk hidup lainya merupakan makna persaudaraan yang sesungguhnya. Meningkatkan tali silaturahim dapat diwujudkan dengan saling memberi kabar, murah senyum, dan saling membantu. Membuat kajian di bidang agama sebagai pertemuan sesama manusia khususnya, untuk mempererat tali silaturahim seperti mengadakan Majelis Ta’lim. Untuk sesama makhluk, dengan mengadakan gotong royong menumbuhkan rasa cinta lingkungan. Carilah sahabat sebanyak mungkin dan janganlah membuat musuh, karena musuh selalu berusaha menghalangi kemajuan anda, dan sifat permusuhan tidak akan pernah member hasil apa-apa. Akan tetapi, keramahan, kesabaran, dan sopan santun merupakan sikap hidup yang selalu menguntungkan.
Vikas Malkani Deepak Chopra “Carilah, dan anda akan menemukan, mintalah, dan anda akan diberi, ketuklah, dan pintu akan dibuka untuk anda”

BAHAN RUJUKAN
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta, Rineka Cipta, 2007
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2007
Labib MZ dan Muhtadim, Hadits Pilihan Shohih Bukhori, Surabaya, Tiga Dua, 1993
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung, Mizan, 2004
Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami,  Jakarta, Rajawali Pers, 2008
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta, Kalam Mulia, 2009
Rijal Hamid, Ridho Allah Tergantung Ridho Orang Tua, Bogor, Cahaya Salam, 2008
Sitorus, Sosiologi SMU,Jakarta, Erlangga, 1997
Efendi, Qur’an and Setup, Aplication, 28 Maret 2011
Utsman, Najati, The Ultimate Psychology Psikologi Sempurna ala Nabi Saw, Terjm.  Hedi Fajar, Judul Asli : Al-Hadits an-Nabawi wa Ilm an-Nafs,  Bandung, Pustaka Hidayah, 2008
Yusuf dan Nurihsan, Bimbingan dan Konseling, Bandung, Rosda, 2009





BIOGRAFI PENULIS

DSC_0850.jpg 

Iredho Fani Reza, biasa akrab dipanggil dengan nama Edo lahir di Kota Palembang Indonesia pada 28 Februari 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Alm. Faisol Alwi Ilyas dan Aisyah Sofni, SH. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN. 81 Palembang, kemudian melanjutkan SMPN. 6 Palembang, dilanjutkan di SMAN. 15 Palembang.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan jenjang Perguruan Tinggi di IAIN Raden Fatah Palembang Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Jurusan Psikologi Islam, tamat tahun 2013 dengan judul skripsi “Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas Santri Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Ar-Riyadh 13 Ulu Palembang”. Semasa jenjang pendidikan S1, penulis aktif dibeberapa organisasi. Pengalaman organisasi penulis diawali sebagai anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ukhuwah IAIN Raden Fatah Palembang (2008), selanjutnya sebagai Bupati Mahasiswa Bem-J Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang (2009), dan merangkap sebagai sekretaris Forum Mahasiswa Psikologi Sumatera Selatan (Formasi Sumsel 2009).
Selain itu, penulis juga pernah menjadi staf pada Lembaga Psikologi Terapan (LPT) FUSHPI IAIN Raden Fatah Palembang. Tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi pada jenjang S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan konsentrasi Psikologi Islam. Rancangan proposal tesis dengan judul “Pengaruh Religious Coping terhadap Stress Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUP Fatmawati Jakarta.

Alamat domisili Palembang:
Jln. Isnp. Yazid Aspol KM. 2,5 Blok G. No.1 RT. 23 RW. 07 Kelurahan Sekip Jaya Kecamatan Kemuning Kota Palembang Kode Pos: 30126

Alamat domisili Ciputat:
Jln. WR. Supratman No. 34 RT. 002 RW. 006 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Kota Tanggerang Selatan Banten Kode Pos: 15412

Hp       : 0813-68026402 / 081532787408