INDAHNYA
PERSAUDARAAN
DITINJAU DARI
PERSPEKTIF AGAMA DAN PSIKOLOGI
Iredho Fani
Reza, S.Psi.I
Mahasiswa
Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Konsentrasi
Psikologi Islam
iredhofanireza@rocketmail.com
LUNTURNYA NILAI
PERSAUDARAAN
Manusia
merupakan makhluk yang unik, setiap manusia memiliki karakteristik
masing-masing sesuai dengan kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu.
Menurut al-Farabi (Mujib, 2007) seorang psikolog Muslim, kepribadian merupakan
eksistensi individu yang menunjukan keadaan, kepribadian dan keunikanya yang
dapat membedakan individu tersebut dengan individu yang lain. Karakteristik
berbeda itu sering ditampakkan ke dalam situasi sosial, dimana manusia bukan
hanya makhluk individu akan tetapi juga merupakan makhluk sosial. Dalam Artian,
setiap manusia, mau tidak mau, harus berhubungan dengan orang lain agar ia
dapat hidup, berkembang, bertumbuh dan mencapai tujuan hidupnya (Sitorus, 1997).
Manusia di tuntut dapat beradaptasi
dengan orang lain, dimana individu lain memiliki kepribadian yang berbeda-beda,
akan tetapi ada beberapa bagian yang sama seperti hobbi atau kesukaan.
Persamaan yang ada, maka akan timbul pertemanan dan akan berkembang menjadi
persahabatan. Sebagai umat Islam sudah sepantasnya setiap individu itu
merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Mengenai persaudaraan dan
manusia merupakan makhluk sosial serta merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi. Hal ini diterangkan Nabi Muhammad SAW bersabda Dari Nu’man bin Basyir r.a. berkata:
“Kamu perhatikan orang-orang Muslim dalam keadaan saling mengasihi, saling
mencintai dan saling membantu, mereka itu bagaikan satu badan, apabila salah
satu anggota badan terkena suatu penyakit, maka seluruh badanya merasakan sakit
sakit dengan tidak bisa tidur dan terasa panas” (Labib dan Muhtadim, 1993).
Dari hadis Nabi Muhammad SAW, dapat
diambil makna bahwa setiap individu terutama umat Muslim merupakan satu
kesatuan yang utuh saling memiliki satu sama lainya. Sesama umat Muslim sudah
sepantasnya untuk saling menyayangi satu sama lain, bila ada Muslim yang
merasakan kesusahan, maka Muslim yang lain akan ikut merasakan kesusahan itu
dan akan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi Muslim yang mendapatkan
kesusahan tersebut. Akan tetapi, pada akhir-akhir ini banyak fenomena yang
terjadi mengenai mulai retaknya kualitas persaudaran sesama umat Muslim. Dalam
rentang tahun 2013, banyak terjadi penurunan rasa persaudaraan terhadap sesama
umat manusia. Hal ini, berdasarkan pemberitaan di media massa yang mengabarkan
permusuhan terhadap sesama manusia di beberapa daerah Indonesia.
Permusuhan
yang terjadi, diantaranya dilatar belakangi oleh culture yang berbeda, perselisihan, dan ketidak harmonisan. Bahkan,
masa emas sebagai manusia juga terjadi permusuhan. Fenomena remaja melakukan
permusuhan seperti tawuran, perkelahian sudah menjadi rahasia umum. Bila
mencermati pemberitaan di media massa,
menunjukkan keprihatinan terhadap nilai persaudaraan yang telah hilang. Dalam
hal ini, perlu adanya sebuah pembaharuan, terutama bagi para pemuda yang
merupakan masa produktif sebagai penerus bangsa.
AGAMA LAMBANG PERSAUDARAAN
Sejak
lahir, seorang anak hidup di tengah-tengah keluarganya, diberikan ikatan rasa
cinta, kasih saying, tolong menolong, kesetiaan, dan keikhlasan dengan
seluruh anggota keluarga, sehingga ia
merasa aman, tentram, dan bahagia berada di tengah-tengah mereka (Najati, 2008).
Kesemua itu muncul dari hati, karena rasa memiliki satu sama lainya, dalam firman
Allah SWT QS. an-Nisa ayat 36 mengenai keharusan berbuat baik sesama
umat Muslim “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.
Dari
firman Allah QS. an-Nisa ayat 36, Hamid (2008) berpendapat, berbakti
kepada kedua orang tua ibu dan bapak, termasuk salah satu amal yang disukai
oleh Allah Swt dan merupakan perintah-Nya, maka Allah menjanjikan pahala bagi
yang melaksanakanya. Sesama Muslim merupakan saudara, dan sebaiknya untuk
selalu saling memilki satu sama lainya. Di dalam ajaran agama terdapat norma
dan nilai yang mengatur hubungan setiap aspek kehidupan manusia. Hal ini
didukung oleh Hawari (Yusuf dan Nurihsan, 2009) di dalam ajaran agama
terkandung nilai–nilai moral, etika dan pedoman hidup yang sehat dan abadi
sifatnya. Dengan adanya nilai dan norma di dalam lingkungan sosial, maka akan
menjadikan persamaan yang harus ditaati. Persaudaraan atau Ukhuwah ini,
terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal
ini memberikan kesan persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak
yang merasa bersaudara (Shihab, 2004).
Tidak ada satu pun yang tidak penting
dari persaudaraan dan persahabatan, semuanya bermanfaat dan ada gunanya.
Demikianlah, setiap orang didunia mempunyai hubungan yang erat antara satu
dengan yang lain. Orang-orang yang telah mempunyai hasil dalam hidup mereka,
tidak ada kecualinya tentu mengetahui rahasia singkat ini, “Janganlah membenci
orang, janganlah menyusahkan orang dan janganlah merendahkan orang” karena
tidak ada orang yang sama sekali tidak berguna untuk sesuatu hal. Segala
sesuatu mempunyai tempat dan kepentingan sendiri dalam kehidupan. Ingatlah
bahwa pada saat anda merendahkan seseorang atau sesuatu yang lain, maka akan
terlepaslah kesempatan untuk kemajuan itu dari tangan anda. “barang
sispa yang ingin rezekinya dilapangkan dan usianya dipanjangkan maka
peliharalah hubungan silaturahmi”( HR. Bukhari dan muslim).
Janganlah terperangkap oleh
kebiasaan-kebiasaan buruk, yakni meunjuk kesalahan-kesalahan orang lain apabila
anda tidak mengetahui kekurangan-kekurangan diri anda sendiri. Dengan
menceritakan kesalahan orang lain maka tanpa anda sadari, anda sedang
menceritakan kekurangan anda sendiri, yakni suka membocorkan rahasia orang.
Berbicaralah tentang kebaikan orang lain, tidak ada waktu untuk membicarakan
keburukannya, karena merupakan pemborosan waktu. Hilangkanlah
kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak ada gunanya dan berusahalah untuk
disenangi orang lain, dengan selalu berusaha menyenangkan orang lain terlebih
dahulu.
Islam
selalu mengajarkan kepada manusia bahwa belumlah sempurna iman seseorang jika
hanya mementingkan hubungannya dengan Allah, tanpa memperat tali persaudaraan
dengan sesama manusia Allah berfirman dalam QS.
ali-Imran ayat 112, “mereka diliputi
kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah
dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan melampaui batas”. Dalam ayat ali-Imran ayat 112, ada pengetian bahwa pokok aturan-aturan yang
terpenting bagi seseorang muslim adalah bagaimana dapat mewujudkan hubungan
dengan Allah dan menjalin hubungan dengan sesama manusia.
Allah
tidak pernah menyukai terjadinya dendam kesumat karena dendam adalah musuh
iman, kalau masih ada dendam berarti kita tidak beriman, sebab iman dan dendam
tidak mungkin bersatu dalam diri manusia. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW,
bersabda mengenai seseorang yang bermusuhan adalah orang yang paling dibenci
Allah (Labib dan Muhtadim, 1993), dengan kata lain Allah mengharuskan setiap
umat manusia untuk saling memperhatikan satu sama lainya baik dalam keadaan
sedih, senang, susah, dan bahagia.
UKHUWAH ISLAMIAH
Di
dalam al-Qur’an, mengenai ukhuwah ini, banyak dijelaskan dan klasifikasinya
diuraikan, sebagaimana berikut:
Pertama saudara kandung atau saudara seketurunan, berdasarkan dalam
QS. An Nisa ayat 23“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan;
ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari
isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu
itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan
(dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada
masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Di
dalam QS. An Nisa ayat 23, maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan
seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak
perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang
lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam
pemeliharaannya (Efendi, 2011).
Kedua saudara yang dijalin oleh ikatan keluarga, hal ini
berdasarkan QS. Thaha ayat 29-30 “Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu
dari keluargaku. (yaitu) Harun, saudaraku”.
Ketiga saudara dalam arti sebangsa, walaupun
tidak seagama, terdapat dalam QS. Al A’raf ayat 65 “Dan (kami telah
mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka
mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?".
Keempat saudara semasyarakat, walaupin berselisih paham, terdapat
dalam QS. Shad ayat 23 “Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh
sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka Dia berkata:
"Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan Dia mengalahkan aku dalam
perdebatan".
Kelima persaudaraan seagama terdapat dalam QS. Al Hujurat ayat
10 “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat”.
Selain itu Shihab (2004) membagi empat
macam bentuk ukhuwah Islamiah berdasarkan dalil-dalil di dalam al-Quran,
sebagai berikut :
1.
Ukhuwah ‘ubuddiyah persaudaraan
kesemakhlukkan dan kesetundukkan kepada Allah, maksudnya sesama manusia
terutama sesama umat Muslim.
2.
Ukhuwah insaniyyah persaudaran seluruh
umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari ayah dan ibu.
3.
Ukhuwah wathaniyyah wa an-nasab
persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaaan.
4.
Ukhuwah fi din Al-Islam persaudaraan
antar sesama umat Muslim.
Faktor
penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas ataupun sempit adalah
persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula persaudaraan.
Persamaan rasa dan cita merupakan faktor dominan yang mendahului lahirnya
persaudaraan yang hakiki, dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan
derita saudaranya, mengulurkan tangan sebelum diminta, serta memperlakukan
saudaranya bukan atas dasar “take and give” akan tetapi akan rasa
memiliki satu sama lainya (Shihab, 2004). Dalam firman Allah SWT QS. Hasyr
ayat 9 “Dan orang-orang yang
telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan)
mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun
mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka Itulah orang orang yang beruntung”
Keberadaan
manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tentram dan nyaman pada saat berada di
antara sesamanya, dan dorongan kebutuhan ekonomi merupakan faktor-faktor
penunjang yang akan melahirkan rasa persaudaraan. Islam mengajarkan dan
menekankan hal-hal tersebut, dan menganjurkan mencari titik singgung dan titik
temu persaudaraan.
PERSPEKTIF PSIKOLOGI
Dalam
perspektif psikologi, faktor-faktor yang mendasari penunjang persaudaraan
(Ahmadi, 2007) adalah sebagai berikut:
Pertama imitasi maksudnya, seorang individu dapat melakukan sesuatu, baik
berupa keahlian, kecerdasan, perasaan, kesemua itu dapat dilakukan karena ada
contoh yang dilihat sebagai bahan pembelajaran. Gabriel Trade berpendapat,
seorang individu yang dapat berbahasa dengan baik dan benar merupakan proses
meniru seseorang yang sudah bisa berbahasa. Kedua sugesti maksudnya, pengaruh yang datang dari psikis individu
merupakan stimulus dari diri sendiri maupun dari orang lain. Contohnya,
seseorang yang beranggapan dengan mengenal seorang individu yang cerdas, maka
dirinya berharap akan menjadi cerdas juga sehingga kebutuhan untuk mengenal
lebih dekat individu tersebut cenderung besar. Ketiga identifikasi merupakan
dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara
batiniah. Seorang individu, yang telah memiliki persamaan dengan individu lain
maka akan merasakan kenyamanan ketika berada di dekatnya, sehingga rasa memilki
dan menyayangi akan timbul dengan sendirinya.
Manusia
diciptakan dengan memilki motif di dalam diri, dalam bahasan makalah ini motif
sekunder (rohani) yang menjadi bahasan khusus dalam sub bab ini. Manusia
memilki motif sosial, maksudnya kebutuhan akan orang lain di dalam kehidupan
nya. Motif merupakan energy dasar yang mendorong tingkah laku individu (Yusuf
dan Nurihsan, 2009). Menurut Daradjat (Ramayulis, 2009), kebutuhan sosial ini
meliputi, dorongan emosional (kasih sayang, rasa aman), dorongan untuk
berprestasi, dorongan untuk dihargai, dorongan rasa ingin tahu, dan dorongan
untuk sukses.
Persaudaraan
terhadap sesama umat Muslim merupakan bentuk moralitas diri yang tinggi. Purwakania
membagi tiga perilaku dasar moral (Purwakania, 2008) di dalamnya terdapat
hakikat untuk berbuat baik terhadap sesama makhluk hidup, seperti yang di
ungkapkan dalam bahasan sebelumnya di dalam al-Qur’an jauh sebelum pendapat ini
ada. Perilaku dasar moral sebagaimana berikut:
Pertama alturisme merupakan perilaku untuk tidak mementingkan diri sendiri
dan memerhatikan kesejateraan orang lain yang diekspresikan dengan perilaku
prososial seperti saling berbagi, saling bekerja sama, dan saling membantu. Kedua kontrol perilaku agresivitas adalah menahan diri untuk menyakiti
seseorang, dengan kata-kata, perbuatan, yang disengaja maupun tidak disengaja. Ketiga menerapkan prinsip keadilan sosial
Islam mengajarkan bahwa manusia harus berusaha untuk berbuat adil dalam segala
bidang, meskipun sulit. “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu
dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang
telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang
tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” (QS. an-Nisa ayat 105).
TANTANGAN MASA DEPAN
Sesama
umat manusia, sebaiknya harus saling memperhatikan, saling menyayangi. Pada
hakekatnya baik sesama manusia, seagama, seiman, kenal maupun tak kenal, dan
kepada hewan, tumbuhan, serta makhluk hidup lainya merupakan makna persaudaraan
yang sesungguhnya. Meningkatkan tali silaturahim dapat diwujudkan dengan saling
memberi kabar, murah senyum, dan saling membantu. Membuat kajian di bidang
agama sebagai pertemuan sesama manusia khususnya, untuk mempererat tali
silaturahim seperti mengadakan Majelis Ta’lim. Untuk sesama makhluk, dengan
mengadakan gotong royong menumbuhkan rasa cinta lingkungan. Carilah sahabat
sebanyak mungkin dan janganlah membuat musuh, karena musuh selalu berusaha
menghalangi kemajuan anda, dan sifat permusuhan tidak akan pernah member hasil
apa-apa. Akan tetapi, keramahan, kesabaran, dan sopan santun merupakan sikap
hidup yang selalu menguntungkan.
Vikas
Malkani Deepak Chopra “Carilah, dan anda akan menemukan, mintalah, dan anda
akan diberi, ketuklah, dan pintu akan dibuka untuk anda”
BAHAN RUJUKAN
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta,
Rineka Cipta, 2007
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam
Psikologi Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2007
Labib MZ dan Muhtadim, Hadits
Pilihan Shohih Bukhori, Surabaya, Tiga Dua, 1993
M. Quraish Shihab, Wawasan
al-Qur’an, Bandung, Mizan, 2004
Purwakania Hasan, Psikologi
Perkembangan Islami, Jakarta,
Rajawali Pers, 2008
Ramayulis, Psikologi Agama,
Jakarta, Kalam Mulia, 2009
Rijal Hamid, Ridho Allah Tergantung
Ridho Orang Tua, Bogor, Cahaya Salam, 2008
Sitorus, Sosiologi SMU,Jakarta,
Erlangga, 1997
Efendi, Qur’an and Setup, Aplication,
28 Maret 2011
Utsman, Najati, The Ultimate
Psychology Psikologi Sempurna ala Nabi Saw, Terjm. Hedi Fajar, Judul Asli : Al-Hadits an-Nabawi
wa Ilm an-Nafs, Bandung, Pustaka
Hidayah, 2008
Yusuf dan Nurihsan, Bimbingan dan
Konseling, Bandung, Rosda, 2009
BIOGRAFI PENULIS
Iredho Fani
Reza, biasa akrab dipanggil dengan nama Edo lahir di Kota Palembang Indonesia
pada 28 Februari 1991. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Alm. Faisol Alwi Ilyas dan Aisyah Sofni, SH. Penulis mengawali
pendidikan formal di SDN. 81 Palembang, kemudian melanjutkan SMPN. 6 Palembang,
dilanjutkan di SMAN. 15 Palembang.
Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan jenjang Perguruan Tinggi di IAIN Raden Fatah Palembang Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam Jurusan Psikologi Islam, tamat tahun 2013 dengan
judul skripsi “Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas Santri Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Ar-Riyadh 13 Ulu Palembang”. Semasa jenjang pendidikan S1,
penulis aktif dibeberapa organisasi. Pengalaman organisasi penulis diawali
sebagai anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ukhuwah IAIN Raden Fatah Palembang
(2008), selanjutnya sebagai Bupati Mahasiswa Bem-J Psikologi Islam Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang (2009), dan merangkap
sebagai sekretaris Forum Mahasiswa Psikologi Sumatera Selatan (Formasi Sumsel
2009).
Selain
itu, penulis juga pernah menjadi staf pada Lembaga Psikologi Terapan (LPT)
FUSHPI IAIN Raden Fatah Palembang. Tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan
di Perguruan Tinggi pada jenjang S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan konsentrasi Psikologi Islam. Rancangan proposal
tesis dengan judul “Pengaruh Religious Coping terhadap Stress Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik di RSUP Fatmawati Jakarta.
Alamat
domisili Palembang:
Jln.
Isnp. Yazid Aspol KM. 2,5 Blok G. No.1 RT. 23 RW. 07 Kelurahan Sekip Jaya
Kecamatan Kemuning Kota Palembang Kode Pos: 30126
Alamat
domisili Ciputat:
Jln.
WR. Supratman No. 34 RT. 002 RW. 006 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat
Timur Kota Tanggerang Selatan Banten Kode Pos: 15412
Hp : 0813-68026402 / 081532787408